[Fanfiction] (Not) Hurt

Title : (Not) Hurt

Cast : Huang Zitao (EXO-M) │ Kim Hyena (OC) │ Kim Junmyeon—just mention.

Genre : Romance │ Sad │ Fluff

Length : Drabble

Rating : General

©Jung. Sang. Neul. Present©

***

(Not) Hurt

                Tidak ada yang lebih menyakitkan hatinya dibanding ini. Sesungguhnya ia tak mampu berpijak di atas tanah lagi. Bumi seakan ingin menimbunnya. Lari ke langit juga tak ada gunanya, langit seakan ingin menjatuhkannya ke bumi lagi. Baca lebih lanjut

[Fanfiction] My Story in Autumn

My story in autumn

Cast:    Do Kyungsoo (EXO-K)  X Kang Soohye (OC)

Wu Yi Fan (EXO-M)     X  Hwang Minri (OC)

Huang Zi Tao (EXO-M) X Kim Haena (OC)

Genre: Romance, Angst, Sad, AU

Rating: Siapa saja boleh ^^

Length: Drabble (s)

Note: Lebih fokus ke OC-nya (Soohye, Minri, Haena)

Author: Jung Sang Ri

Annyeong All^^

Kali ini aku mau membuat FF D.O, Kris, dan Tao (Hmm.. gitu ya??). Dan tema musimnya kali ini adalah musim gugur (Wuhh.. :o). Hahaha. Aku bingung mau seperti apa alurnya o_O, semoga tidak mengecewakan. Amin .^^. Ya sudah deh, happy reading aja ya!! Don’t bash and don’t plagiat. Pai pai^^ (ala maknae)

..

Yeoja itu dengan riangnya berlari menuju seorang namja yang melambaikan tangan kearahnya. Yeoja itu berhenti, lalu melihat namja itu dengan tatapan senang. Namja yang bernama Kyungsoo itu melihatnya dengan tatapan bingung. Baca lebih lanjut

[Fanfiction] Into The New World

Title : Into The New World

Main Cast : Park Hyori (OC)│Zi Tao (EXO-M)

Support Cast : Kai (EXO-K) │Krystal (Fx)

Genre : Sad│Angst│Friendship

Length : Ficlet│1.445 word

Rating : T

©sweetynis99(JungSangNeul)©

***

Into The New World

            Namanya Park Hyori. Parasnya cantik, tapi begitu pendiam. Gadis itu kini tengah menyusuri jalanan di tepi sungai Han. Sebagian hatinya mengingat-ingat suatu kenangan. Saat ia, dengan pakaian SMAnya dengan lugunya menyatakan cinta pada sunbaenya sendiri. Sunbaenya yang waktu itu duduk di bangku dua tingkat lebih tinggi dari dirinya. Namanya Kim Jong In. Sunbaenya itu seorang artis yang baru memulai debutnya. Tapi Hyori menyukainya sebagai kekasih, bukan sekedar fans saja.

Mata Hyori menerawang. Ingatannya kuat sekali, ya. Hingga kejadian tiga tahun yang lalu itu masih ia simpan kuat-kuat. Hm, waktu itu Jong In—sunbaenya itu memberi alasan kalau sebagai artis, ia harus menjaga perasaan fansnya, dan agencynya juga melarang berpacaran. Tapi, Hyori sangat-sangat-sangat yakin itu bukan alasan yang sesungguhnya.

Karena, setelah ia naik kelas setingkat lebih tinggi dan Jong In telah bergelarkan alumni, sunbae yang dulu menolaknya itu nekad menyatakan cintanya pada temannya sendiri. Teman yang memang tidak terlalu dekat dengannya. Di hadapan seluruh warga sekolah. Bayangkan, seluruh warga sekolah. Ia ingin marah waktu itu, tapi ia rasa tidak mungkin untuk marah. Siapa dia bagi sunbaenya itu? Dia bukan siapa-siapa. Jadi, yang ia katakan waktu itu hanyalah “Chukkaeyo.” Dengan senyuman hangatnya yang ia umbar sekadar untuk menutup-nutupi isi hatinya sendiri.

Ia masih menyukai Jong In saat itu. Ia berani mengukir nama itu kuat-kuat di hatinya, sehingga sukar sekali untuk menghapusnya tanpa bekas. Padahal tidak pernah ada kenangan menyenangkan. Ia hanya suka dengan perasaan berdebar yang datang saat ia menatap wajah tampan milik Jong In. Ia hanya senang melihat senyum manis yang Jong In ukir. Ia hanya bahagia dengan perasaan cinta itu. Apa salahnya?

Tapi bagi semuanya, itu salah. Dengan satu alasan ia tidak boleh mendekati Jong In lagi. Mendekati? Ia bukan gadis kegenitan yang suka bergelayut manja di lengan namja yang ia sukai. Ia juga bukan stalker kelas kakap yang mengikuti segala kegiatan orang yang disukainya. Jadi atas dasar apa ia dikatakan mendekati Jong In? Ia hanya suka memandangi Jong In dari kejauhan. Ulangi, dari kejauhan.

Aish, untuk apa memikirkan kenangan itu? Tak ada gunanya. Hyori membuang nafasnya pelan, kemudian melangkah pergi dari sungai Han. Sudah terlalu sore.

“Hyori-ah!” Tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang. Hyori menoleh.

“Kau sudah mau pulang?” Hyori agak memaksakan senyumannya melihat lelaki yang kini sedang berjalan ke arahnya.

“Ne, aku… lelah.” ujar Hyori, senyumannya pudar begitu saja. Ia bukan saja lelah secara fisik, tapi juga mental. Setiap hari tak pernah bisa melupakan namja itu, bagaimana mungkin batinnya tidak tersiksa?

“Mmm, aku ikut, ya. Rumah kita ‘kan tidak seberapa jauh, hanya beda beberapa blok.” sahut lelaki itu. Hyori mengangguk saja. Tapi baru mereka melangkah beberapa depa, lelaki itu kembali menahannya.

“Bisa mampir ke resto dulu?” pintanya.

“Ne. Up to you, Zhi Tao.” jawab Hyori datar. Biasanya juga seperti ini. Tao selalu bicara banyak, mengobrol tentang apapun dengannya. Dan ia, dengan pikirannya yang kerap berkelana tidak fokus, hanya mengangguk, menggeleng, atau menjawab singkat seperti, “Geurae”, “Ne”, atau “Aniya.” Tapi herannya, tetap saja lelaki Cina ber-nickname Tao itu suka berteman dengannya. Padahal ia hanyalah gadis yang cuek dan… tak pernah bisa menghapus memori masa lalu.

***

            Hyori melempar handphonenya serampangan setelah mendapatkan sebuah telepon. Matanya tampak berkaca-kaca dan memendam amarah yang begitu besar didalamnya.

PRAK!!! Tangannya meninju cermin dihadapannya sambil meringis. Seketika, darah bercucuran dari buku-buku tangannya. Ia resmi menangis, terisak. Telepon tadi dari sahabat masa SMAnya yang juga debut di agency yang sama dengan sunbae yang masih dicintainya itu, ya, Jong In. Mengabarkan berita bahagia yang membuat Hyori penasaran karena nada bicara sahabatnya itu tampak begitu semangat. Tapi begitu mendengarnya, seperti ada yang menghujam hatinya. Rasanya sakit sekali.

“Hyori-ah, kau ingat Jong In kan? Dan pacarnya yang bernama Krystal itu? Mereka mau tunangan, minggu depan. Aku dan kau diundang. Jadi nanti kita datang bersama, ya?”

Sahabatnya itu bahagia. Tapi ia tersakiti. Meski ia tak pernah bisa mengungkapkan alasan logis apa yang harus diargumentasikannya ketika ada yang bertanya, “Kenapa menangisinya? Dia bukan siapa-siapamu, dulu, ataupun sekarang.”

Ia hanya ingin menangis karena batinnya perih menyadari fakta yang seolah menguncinya itu. Ia benci berada pada posisi seperti ini. Ia marah pada Tuhan yang harus membuat takdir semacam ini. Kenapa harapan kecilnya untuk bisa memiliki Jong In saat Krystal dan lelaki itu mungkin berpisah dimusnahkan begitu saja? Ia tidak suka realita itu.

Tapi lagi-lagi, jiwanya itu telah dipenuhi kemunafikan. Gadis itu hanya dapat menggigit bibirnya sambil berkata,

“Ya, a-aku pasti datang. Akan kukosongkan jadwalku hari itu.”

Sungguh munafik, bukan?

“Hyori-ah! Wae geurae?” Teriakan seorang lelaki menyadarkan Hyori kalau airmata telah membasahi buku-buku jarinya yang terluka. Rasanya perih, sama seperti keadaan hatinya saat ini. Lelaki yang tak pernah menghiraukan bagaimanapun responnya pada semua omelannya itu mendekat, memasuki lebih dalam kamarnya. Memeriksa tangannya.

“Tunggu disini, mana kotak P3Kmu?” tanyanya kemudian. Hyori tetap diam, memaksa lelaki itu mencari sendiri. Tapi saat lelaki itu hendak bangkit, Hyori menahannya dengan sebelah tangannya.

“Kenapa Tuhan jahat padaku?” racau Hyori. “Aku menyukainya, Tao. Aku benar-benar menyukainya. Tapi kenapa aku tidak boleh bersatu dengannya? Wae???” teriak Hyori kemudian.

“Nuguseyo? Kai? Yang menjadi first lovemu di SMA? Ne?” tanya Tao. Hyori mengangguk pelan.

Tao menghembuskan nafasnya dengan berat. Gadis dihadapannya ini memang pernah bercerita perihal lelaki yang tak pernah bisa dilupakannya sejak SMA. Kim Jong In, yang kini dikenal sebagai member EXO. Itulah sebabnya, ia tak pernah mempermasalahkan respon Hyori saat diajak bicara. Kadang hanya tersenyum kecil, dengan tiba-tiba gelagapan karena terkejut, atau bahkan menjawab pertanyaannya dengan gumaman atau jawaban yang melenceng dari topik. Kini Tao paham, seberapa berartinya lelaki berstage name Kai itu bagi Hyori.

Hingga bahkan tak ada lagi secuilpun ruang di hati gadis itu untuk bisa dimasuki orang lain, seperti dirinya. Hampir setahun menjadi pendengar setia gadis itu, penuh kesabaran. Seharusnya Hyori peka dengan apa yang mendasari itu. Ia amat sangat menyayangi gadis itu.

Hyori merasakan Tao merengkuhnya erat.

“Kau akan mendapatkan gantinya, Hyori-ah, kalau kau mau ikhlas melupakannya. Aku… ada untukmu,” bisik lelaki itu pelan. Hyori menangis seketika.

Terselip sebuah siratan makna dalam kata-kata lelaki itu tadi.

***

            “Jadi?” Lelaki yang kini memakai jas itu agak terkejut dengan pernyataan gadis dihadapannya. Alisnya menyatu, membentuk kerutan kecil di dahinya. Yang hanya ditanggapi kekehan kecil oleh gadis itu. Bagaimana tidak terkejut? Seorang gadis dari masa lalunya datang ke ruang rias sebelum acara pertunangannya dimulai, kemudian mengatakan masih mencintainya sampai ia masuk kuliah sekalipun.

“Biasa saja, lah. Aku memang masih mencintaimu, sampai saat aku menginjak bangku kuliah sekalipun. Tapi, sekarang, hm, agaknya sudah tidak. Aku… sadar, Krystal akan lebih cocok denganmu. Semoga kau bahagia, ya.” Gadis yang merupakan Hyori itu bangkit sambil tersenyum. Menjabat tangan Jong In—lelaki yang ia ajak bicara di ruang rias sebelum pertunangan itu dilaksanakan.

“Dan, terima kasih sudah mau mengundang gadis tidak penting seperti aku, sunbae.” ucap Hyori dengan membungkuk sopan. Jong In tersenyum menatapnya.

“Tentu aku tidak akan melupakan pernyataan cintamu yang konyol itu. Hah, baiklah. Semoga kau menemukan yang lebih baik daripada aku, ya.” kata lelaki itu.

“Oppa! Kajja, acaranya mau dimulai!” seru seorang gadis yang langsung merangkul lengan Jong In. Jong In  tersenyum menatapnya.

“Eh? Kau, Hyori kan? Apa kabar? Lama tidak bertemu ya,” Gadis bernama Krystal itu menyapa ramah Hyori yang terdiam mematung.

“Ah, kau mengenalku? Aku baik. Kau?”

***

            Hyori meninggalkan ruang rias itu setelah sedikit berbincang dengan Krystal. Tidak disangkanya, Krystal mengenal gadis seperti dirinya. Ia sekarang tau, kenapa Jong In memutuskan memilih Krystal sebagai pelabuhan hatinya. Krystal ramah, tidak mudah marah, dan… harus diakuinya, sangat cantik mirip bintang drama. Hyori tidak tau kenapa sesak itu masih ada, bahkan saat ia sudah mencoba mengikhlaskan semuanya.

Ia melangkah meninggalkan gedung itu, memang tidak berniat datang ke acaranya.

“Bagaimana? Kau berhasil?” Sahutan suara dari belakang membuatnya sontak menolehkan kepala.

Ah, lelaki itu, ia sudah menduganya. Hyori menggenggam tangannya, tersenyum. Kemudian mengangguk  dari kejauhan. Lelaki itu merentangkan tangannya. Hyori menggigit bibirnya kemudian berlari ke arahnya. Memeluknya. Begitu nyaman dan menenangkan.

Bahkan Jong In tidak pernah memberikan kehangatan pelukannya seperti ini. Ia baru sadar akan ketidakpekaannya, minggu kemarin—saat lelaki yang ia peluk ini merengkuhnya. Membisikkan kata-kata yang menjadi bahan renungan sepeninggalnya. Itu pula sebab ia memilih jalan ini, setelah mengabari lelaki itu sebelum menjalankan misi ini hari ini. Airmatanya jatuh satu demi satu. Biarkan ini menjadi airmata pertanda kebahagiaannya. Ia menemukan fakta itu minggu kemarin. Sebuah fakta yang mampu mengikis kebenciannya terhadap takdir yang diciptakan Tuhan.

Bahwa tidak selamanya ia sendiri. Masih ada seorang malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan secara cuma-cuma, yang selalu menemaninya dan sabar menghadapi tingkahnya. Malaikat itu selalu ada disampingnya saat ia butuh, tanpa harus diminta. Itulah Tao.

Hyori tersenyum dalam tangisnya.

“Gomawoyo, Zhi Tao. Wo ai ni,” gumamnya pelan. Tao yang mendengarnya agaknya terkejut, namun kemudian tersenyum. Ini awal langkah mereka menuju dunia yang baru. Dunia yang penuh tawa, tanpa harus ada kesedihan lagi.

Nado saranghaeyo, Hyori-ah.”

Fict End.

Ini fanfic awalnya aku buat kado buat Unnieku. Tapi akhirnya, ya aku posting aja di wp. Hehe ^^

Castnya EXO, semoga suka. Dont forget to leave your comment ^^